Gawéeun recently has no feature enhancements nor bug fixes. And it should be like this. I designed it to be simple and. useful.
Kanyaah, as of I write this post, has received a mini enhancement: guided setup of the invitation creation process. Well, it has been in my todo list for a long time, and I decided to impelement it after one of the customer complained about the invitation creation process.
That is the only enhancement I’ve done. The other process remains the same.
And, yap, both Gawéeun and Kanyaah should be the finished softwares.
What amaze me from the web development is that you can build anything you like by using any web tech stack. The web does not belong to a specific programming language or tech stack. You can build cool apps by using Rails, Laravel, Django, NextJS, or whatever - even your own personal framework and tooling.
It’s a lot of fun when exploring the available web tech stack. It’s nice to have a good understanding in most of those stack and paradigms. But when it comes to do rapid development, we ought to have our go-to framework.
Ketika mengembangkan salah satu fitur di Gawéeun, saya hampir terjebak. Ada satu fitur yang, pikir saya, akan bagus kalau saya terapkan.
Fiturnya sederhana saja: jurnal harian untuk suatu topik. Kita bisa mengisi semacam catatan apapun setiap harinya, tentang apa yang kita rasakan, kendala apa yang dihadapi, dan apa yang akan dilakukan besok. Satu hari hanya boleh ada satu jurnal.
Saya simpan ini sebagai backlog di Gawéeun. Kemarin-kemarin baru sempat saya kerjakan. Tanpa pikir panjang, langsung saya kembangkan.
Di tengah proses pengambangan, saya merasakan suatu hal yang ganjil. Rasanya ada hal yang kurang tepat.
Mari kita terbang ke tahun 2014, di mana tahun ini media sosial macam TikTok masih belum ada, dan masih cukup banyak orang yang menulis di blog.
Ada satu saran yang masih saya ingat: kalau buat konten blog, fokus di 1 niche. Jangan gado-gado.
Kalau dipikirkan lagi, saran ini sebenarnya nggak selalu berlaku untuk konten blog. Konten Instagram, YouTube, dan TikTok juga sangat berlaku. Yah, pada dasarnya memang blog dan media sosial adalah platform content publishing. Sekarang istilahnya malah menjadi lebih umum: content creator.
Mau cerita sedikit soal pengalaman saya pakai Linux. Dari yang awalnya “ini OS apaan sih” jadi OS favorit saya sampai saat ini.
Sekitar tahun 2015, salah satu teman satu jurusan saya lagi asik mainin laptop. Layarnya menampilkan tampilan yang nggak lazim buat saya. Sebuah layar berwarna ungu, dengan tulisan yang mayoritas teksnya “downloading…”.
Sudah banyak aplikasi todo list di luar sana, tapi sedikit yang cocok dengan preferensi saya.
Aplikasi todo yang sudah ada nggak membantu saya tetap fokus pada pekerjaan. Todo yang dibuat seringkali tidak bisa dikategorisasikan. Todo yang sudah lama tidak dikerjakan tetap ditampilkan di halaman depan.
Berdasarkan pain point tersebut, beberapa bulan lalu, saya akhirnya memulai pengembangan aplikasi to-do list karya sendiri.