Masih Perlukah Belajar Ngoding di Era AI?
Tidak bisa dipungkiri lagi, sekarang kita sudah masuk eranya AI. Era di mana semuanya serba dilakukan oleh AI, mulai dari membuat copywriting, membuat video, dan membuat aplikasi.
AI membuka banyak peluang baru, termasuk salah satunya adalah peluang non-programmer untuk membuat aplikasi dengan bantuan AI. Istilah ini lebih dikenal sebagai vibe coding.
Istilah vibe coding dikenalkan pertama kali oleh Andrej Karpathy, seorang peneliti AI, di awal tahun 2025. Di mana, ketimbang kita mengetikkan kode baris per baris, kita cukup berikan AI prompt berupa konteks, deskripsi fitur, dan hasil yang diharapkan.
Istilah ini semakin naik daun, dan orang-orang mulai berbagi karya hasil vibe coding di media sosial seperti X dan Threads. Beberapa karya yang dihasilkan ada yang bisa menghasilkan ribuan atau puluhan ribu dolar setiap bulannya.
Fenomena ini menyebabkan cukup banyak orang yang bertanya-tanya di media sosial, apakah belajar programming saat ini masih relevan atau tidak. Karena, hanya bermodal prompt, sekarang seseorang bisa melakukan apapun, bahkan di bidang yang belum dikuasai sama sekali.
Ditambah lagi, sekarang layanan-layanan AI yang mendukung proses vibe coding sudah semakin terjangkau. Ada yang harganya hanya 10 dolar, ada juga yang harganya 20 dolar, atau sekitar 320 ribu per bulannya. Bayangkan saja, kita hanya perlu membayar 320 ribu per bulan untuk mendapatkan AI yang bisa ngoding layaknya programmer profesional. Secara bisnis, ini jelas menguntungkan.
Perumpamaan kalkulator
Pertanyaan relevansi belajar programming di era AI itu seperti bertanya apakah kita masih perlu belajar matematika meskipun udah ada kalkulator yang canggih.
Kalkulator itu hanya alat untuk menghitung hasil dari operasi matematika. Hasilnya bisa jadi akurat, tapi salah sedikit saja ekspresinya, hasilnya bisa jadi tidak sesuai. Bagaimana kita tahu kalau nilai dari cosinus 0 itu sama dengan 1 kalau tidak belajar matematika?
Begitu juga AI. AI bisa mempercepat kita menyelesaikan suatu pekerjaan yang biasanya menghabiskan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan. Tapi tetap saja, kita perlu punya dasar pemrograman untuk memastikan apa yang dikerjakan oleh AI implementasinya sudah sesuai atau belum.
Saya jadi ingat, beberapa waktu lalu, ada seorang vibe coder yang share pencapaiannya di X.
Tidak lama kemudian, ada beberapa orang iseng mencoba mengganggu operasional aplikasi buatannya tersebut. Karena vibe coder tersebut tidak punya pengalaman di dunia programming dan software engineering, orang tersebut tidak tahu apa yang terjadi, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti sharing projectnya di media sosial sampai batas waktu yang tidak dia tentukan.
Kalau dia tidak tahu apa yang terjadi, bagaimana dia tahu bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut? Kalau kita punya pengetahuan di dunia programming, kita bisa mengidentifikasi kira-kira di bagian mana celahnya dan bagaimana cara memperbaikinya.
Selain kasus tersebut, cukup banyak kasus di mana seorang vibe coder menampilkan data-data sensitif di aplikasi mereka, seperti list email, bahkan sampai API key layanan AI tertentu!
Programming bukan sebatas nulis kode
Mungkin masih ada yang berpikir bahwa programming itu sebatas menulis kode dan kodenya itu tidak error. Padahal, lebih dari itu. Ada keahlian-keahlian teknis lainnya yang harus dikuasai dan menjadi perhatian utama. Salah satunya adalah praktik secure coding.
Praktik ini mengharuskan kita menaruh perhatian lebih terhadap keamanan aplikasi pada saat proses pengembangan aplikasi. Praktik ini berupaya mencegah kejadian kebocoran data-data sensitif, dan meminimalisir celah keamanan pada aplikasi yang sedang dikembangkan.
Keterampilan inti lainnya yang perlu dikuasai adalah keterampian untuk mencari penyebab dari suatu error, atau biasa disebut sebagai debugging. Bagaimanapun, sebagai seorang programmer, kita tidak bisa lepas dari yang namanya error, entah itu error karena typo atau karena logika pada aplikasi yang keliru.
Memiliki kompetensi dasar programmer akan berpengaruh terhadap kredibilitas produk yang kita kembangkan. Bayangkan, kita sebagai calon customer, apakah kita akan mempercayai data-data kita kepada orang yang, mencari penyebab error pada aplikasinya aja kebingungan sendiri?
Selain itu, belajar programming juga akan mempermudah kamu dalam proses vibe coding. Seringkali, prompt yang kita tulis malah mengubah fungsionalitas fitur yang sudah ada sebelumnya, hanya karena AI agent salah mengartikan maksud dari prompt kita tersebut.
Jika kita sudah punya kemampuan programming, sebelum mengimplementasikan hasil kode yang dibuat oleh AI, kita bisa menilai apakah implementasi tersebut sudah sesuai dengan yang apa yang kita harapkan, atau malah justru akan menimbulkan masalah baru ke depannya.
Ini karena AI agent belum terlalu pintar untuk mengetahui maksud tersirat dari prompt yang kita tulis. Prompt harus ditulis serinci mungkin, sampai kadang-kadang saya sendiri mikir, daripada ribet nulis prompt yang sangat rinci, mending saya coding saja sendiri, dan menjadikan AI hanya sebagai partner untuk bertukar pikiran dan menanyakan konsep tertentu.
AI akan menggantikan programmer?
Dengan pesatnya perkembangan AI sekarang ini, muncul banyak keresahan di setiap lini profesi, termasuk programmer. Akankah AI akan menggantikan programmer? Apakah nanti di masa depan akan benar-benar ada 7 miliar perusahaan?
Kita tidak akan pernah benar-benar tahu, tapi yang jelas, tidak untuk sekarang ini.
AI masih perlu konteks yang tersurat dan sedeskriptif mungkin supaya hasilnya bisa sesuai dengan yang kita harapkan. Kurang sedikit, bisa jadi hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
AI masih perlu kita sebagai mandor.
Oleh karena itu, belajar pemrograman di era AI sekarang ini masih sangat relevan.
Saya baru-baru ini nulis e-book The Programmer’s Mindset, berisi mindset-mindset apa yang perlu dimiliki oleh kita sebagai seorang programmer agar tetap relevan di tengah ketatnya persaingan kerja.
Cocok buat para programmer yang baru mulai merintis karir di dunia programming, atau buat temen-temen yang mulai tertarik mendalami dunia programming.
Saya juga nulis e-book tentang bagaimana cara deploy aplikasi ke server pakai Dokku. 100% Gratis!
Cocok buat temen-temen yang mau deploy aplikasi ke server, tapi belum ada pengalaman setup server sama sekali.