(1/3) Liburan ke Yogyakarta: Persiapan dan Hari Pertama


22 Januari 2023 · 4 menit

Saya sebelumnya pernah nulis tentang perjalanan liburan saya bersama istri di Twitter, di kereta tepat ketika dalam perjalanan pulang. Tapi sampai sekarang belum dilanjut karena keburu malas nulis, hehe.

Mumpung sekarang sedang semangat, saya akan coba tulis lagi dari awal. Saya coba tulis lebih detail dari thread saya di Twitter. ***

Liburan ini sebenarnya sudah diagendakan jauh-jauh hari, bahkan sebelum hari pernikahan kami. Tapi karena waktu itu kasus COVID-19 sedang naik, akhirnya kami mengurungkan niat tersebut.

Bulan September, di kala bincang-bincang santai bersama istri. Salah satu topiknya adalah liburan. Waktu itu kami berdua merasa lelah dengan kesibukan dan pekerjaan kami masing-masing. Kami merasa bahwa kami perlu liburan sejenak.

Kami merasa bahwa beberapa bulan ke depan akan jadi waktu yang pas bagi kami untuk liburan sekaligus babymoon. Istri ingin liburan di kehamilan 7 sampai 8 bulan, supaya ketika sudah semakin mendekati HPL, kami nggak perlu berangkat kemana-mana lagi.

Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk liburan di bulan November, tepatnya tanggal 18.


Kami (kebanyakan istri sih, karena saya nggak terlalu hafal destinasi wisata Yogyakarta) mulai mempersiapkan apa-apa saja yang diperlukan selama liburan nanti dari awal bulan November.

Prioritas destinasi wisata kami kali ini adalah kuliner khas Yogyakarta. Nyari yang dekat-dekat aja, nggak terlalu jauh dari alun-alun Yogyakarta.

Kami memesan tiket kereta melalui aplikasi KAI Access. Keberangkatan dari stasiun Sidareja, ambil kereta lodaya kelas premium. Pulang-pergi habis 1 juta 40 ribu.

Kami kemudian menyewa motor selama 3 hari di Yogyakarta supaya mobilitas kami jadi lebih mudah dan ekonomis. Murah banget, cuma 135 ribu. Tapi belum termasuk bensin.

Kami sedikit kesulitan ketika mencari penginapan. Saya sendiri nggak terlalu mempersalahkan mau menginap di mana, selama nggak terlalu jauh dari Malioboro.

Akhirnya kami menemukan penginapan yang sesuai, terletak di Jalan Imogiri Barat, sekitar 10 menit menuju Malioboro.

Kami sewa untuk 4 hari 3 malam. Sudah dapat kamar ber-AC, double bed, smart TV, dan kamar mandi dengan hot shower. Cuma habis 420 ribu.

Sangat, sangat, sangat worth it.


Hari H.

Kami berangkat menuju stasiun Sidareja sekitar pukul 08.30. Kami mampir dulu ke salah satu penjual soto untuk sarapan. Perjalanan akan cukup memakan waktu, sehingga akan repot kalau kami cuma sarapan roti.

Kami tiba di stasiun Sidareja sekitar pukul 10.00. Masih ada waktu sampai keberangkatan kereta pukul 11.00 nanti.

Sambil menunggu kedatangan kereta, saya mencari informasi penitipan kendaraan. Menurut teman istri, di stasiun bisa menitipkan kendaraan.

Saya kaget, karena ketika bertanya ke salah satu petugas, pihak stasiun tidak menyediakan jasa penitipan kereta. Sempat panik juga, tapi saya coba tanya ke pusat informasi.

Beruntung, petugas di sana bisa memberikan penjelasan dan solusi. Kendaraan saya bisa dititipkan ke porter kereta.

Setelah perkara penitipan kendaraan selesai, saya dan istri berbincang sambil menunggu kereta datang.


Pukul 14.30, kami tiba di stasiun Yogyakarta.

Stasiun Yogyakarta

Kami berjalan keluar stasiun, mencari mas-mas yang membawa motor yang kami sewa. Setelah bertemu dan menyerahkan beberapa dokumen yang diperlukan, kami berangkat menuju penginapan.

Sepanjang perjalanan istri bercerita panjang lebar sambil nostalgia.

“Dulu ibun pernah dirawat di sini karena sakit magh”, kata istri ketika melewati rumah sakit yang nggak terlalu jauh dari kampusnya dulu.

“Dulu ibun pernah naik sepeda dari sini ke sana”, ucapnya ketika melewati salah satu jalan.

“Sejauh itu?”, tanya saya. Istri mengiyakan. Saya takjub. Di kondisi Yogyakarta yang panas, istri saya ternyata kuat naik sepeda menempuh jarak yang jauh.

Tak terasa kami pun tiba di penginapan. Kami menyimpan barang bawaan dan istirahat sejenak.

Kamar Kamar di penginapan

Balkon di penginapan Pemandangan di balkon penginapan arah kiri

Balkon di penginapan Pemandangan di balkon penginapan arah kanan. Banyak rumah karena terletak di dekat pemukiman warga.

Niat awal kami, selepas dari penginapan, kami akan jalan-jalan ke daerah alun-alun. Tapi langit mendung waktu itu, ditambah kami pun cukup lelah dan lapar untuk bepergian lumayan jauh.

Kami pun memutuskan untuk mencari kuliner yang dekat dengan penginapan saja. Pilihan kami jatuh kepada Bale Kanoman.

Sesampainya di tempat, kesan pertama saya adalah tempat ini benar-benar khas Yogyakarta, baik makanannya maupun suasananya.

Bale kanoman Suasananya khas Yogyakarta sekali

Bale kanoman Makanan di sini juga khas Yogyakarta sekali

Saya pesan ati ampela, dan makanan khas Yogyakarta lainnya. Saya nggak tahu namanya apa, tapi semacam dedaunan yang dimasak.

Minumnya saya pesan teh poci. Airnya panas. Saya kira akan dingin, seperti yang pernah saya beli di food court mall, hehe. Kurang pas aja minum air panas di cuaca yang panas. Saya akhirnya memesan minuman peris seperti istri, sambil menunggu teh poci lebih dingin.

Sekitar pukul setengah 6 sore, kami kembali ke penginapan. Total makan sore mungkin sekitar 60 sampai 70 ribu. Saya agak lupa. Lumayan karena kami cukup kalap, hehe.

Malam pertama kami habiskan di penginapan saja, karena badan cukup capek untuk lanjut jalan-jalan seperti rencana awal. Lanjut di tulisan selanjutnya ya.

Bersambung ke part 2.