Software Harus Punya Visi
28 Oktober 2024 · 2 minutes
Ketika mengembangkan salah satu fitur di Gawéeun, saya hampir terjebak. Ada satu fitur yang, pikir saya, akan bagus kalau saya terapkan.
Fiturnya sederhana saja: jurnal harian untuk suatu topik. Kita bisa mengisi semacam catatan apapun setiap harinya, tentang apa yang kita rasakan, kendala apa yang dihadapi, dan apa yang akan dilakukan besok. Satu hari hanya boleh ada satu jurnal.
Saya simpan ini sebagai backlog di Gawéeun. Kemarin-kemarin baru sempat saya kerjakan. Tanpa pikir panjang, langsung saya kembangkan.
Di tengah proses pengambangan, saya merasakan suatu hal yang ganjil. Rasanya ada hal yang kurang tepat. Saya berhenti sejenak, kemudian mempertanyakan kembali fitur yang sedang dikembangkan ini.
Do I really need this?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya perlu kembali ke visi saya buat Gawéeun, yaitu membuat saya tetap fokus mengerjakan pekerjaan dalam satu hari kerja. Pertanyaannya, apakah dengan adanya fitur baru ini, akan mendukung saya tetap fokus mengerjakan pekerjaan dalam satu hari kerja?
Saya rasa tidak. Justru hanya akan menambah hal yang harus dikerjakan aja, meskipun hanya sebatas mengisi 1 field catatan. Lagipula, saya rasa kalau tujuannya hanya untuk “curhat”, saya rasa media sosial itu media yang lebih tepat. Kalau pun tujuannya untuk mencatat apa kendala hari ini dan apa yang akan dilakukan besok, lebih sederhana dan mudah dilacak statusnya kalau dibuat sebagai todo aja.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, saya akhirnya mengurungkan pengembangan fitur tersebut, dan mulai mengevaluasi kembali semua backlog yang ada.
Saya ingin Gawéeun jadi finished software, serta tetap jadi aplikasi yang sederhana dan mudah dipakai. Fitur-fitur yang ada harus align ke visi aplikasi yang saya tulis di atas.
Di titik ini saya sadar, ternyata betapa mudahnya suatu produk kehilangan arah kalau nggak punya visi yang jelas. Suatu aplikasi sederhana bisa jadi punya bloated feature karena hal ini.
Saya percaya prinsip less is more. Khususnya untuk Gawéeun. Pada akhirnya, ini hanya aplikasi to-do list biasa. Lebih sedikit fiturnya, lebih baik, karena learning curve-nya yang landai. Learning curve landai berarti user bisa lebih fokus mengerjakan pekerjaan ketimbang harus belajar dan ngulik-ngulik fitur Gawéeun tanpa mengerjakan hal lain yang konkrit.