Beberapa waktu lalu, saya agak sedikit dilema ketika memilih platform untuk blogging. Di satu sisi, saya perlu analytic website. WordPress punya ini, dan cukup lengkap. Di sisi lain, untuk perihal website, saya suka kalau saya punya kontrol penuh terhadap website saya. Jekyll unggul dalam hal ini.

Akhirnya saya lebih memilih kontrol penuh daripada analytic website. Ada sensasi tersendiri ketika saya punya kontrol penuh terhadap website saya sendiri. Rasanya lebih leluasa dan bebas aja mau ngapain: nulis, atur tampilan, tambah halaman baru, dsb.

Perihal analytic, masih bisa saya lihat informasinya di Google Search Console. Fitur komentar bisa pakai Disqus, tapi saya belum perlu fitur ini. Tema tampilan website pun jarang diganti. Subscription bisa via RSS feed. Bagi saya, karena saya bisa ngoding web, Jekyll sepertinya jadi pilihan paling tepat.

WordPress, meskipun ada website analytic nya, tapi menurut saya terlalu overwhelming. Banyak fitur yang nggak saya perlukan tapi muncul di sana. Saya pribadi merasa terdistraksi dengan fitur-fitur yang banyak ini. Saya cuma mau nulis padahal.

Ditambah lagi, saya cukup khawatir jika saya mempercayakan blog saya ke pihak ketiga. Salah satu blog favorit saya, setelah saya telusuri, ternyata dihapus oleh platform blogging tersebut karena melanggar community guideline, tanpa penjelasan postingan yang mana dan guideline yang mana yang dilanggar. Padahal, blog itu sudah aktif dari sejak tahun 2006 kalau saya nggak salah ingat, dan udah publish ribuan tulisan.

Bayangkan, udah nulis ribuan tulisan, terus tiba-tiba hilang begitu saja. Backupan data pun nggak terlalu banyak, karena mungkin penulisnya kebanyakan nulis langsung di aplikasi blogging.

Website berbasis Jekyll setidaknya minim akan resiko ini. Kalaupun repository blog ini dihapus oleh GitHub, katakanlah karena melanggar community guildeline juga, setidaknya saya masih punya backup tulisan-tulisan kita di komputer saya, dan mungkin buat repository baru di provider Git yang lain, atau langsung aja sewa hosting/VPS dan deploy ke sana.

Inilah enaknya kalau punya kontrol penuh terhadap website. Nggak terikat oleh salah satu platform.

Freedom is priceless.

Bagikan:
Twitter