Trip to Malang Part 1: Bromo
26 Mei 2024 · 3 minutes
Libur panjang minggu ini kami manfaatkan untuk liburan ke Malang bersama kerabat. Kami berangkat Minggu pagi, sekitar jam 9. Karena perjalanan menuju Malang itu jauh banget, hari pertama kami menginap di Yogyakarta.
Kami berangkat dari Yogyakarta menuju Malang Senin pagi. Perjalanan Yogyakarta-Malang ini menghabiskan waktu yang kurang lebih sama dengan perjalanan Pangandaran-Yogyakarta, sekitar 7 jam.
Kami sampai di Malang sekitar kurang lebih pukul 5 sore. Kami beristirahat sejenak, menyempatkan untuk tidur, karena jam 12 malam, kami akan menuju Bromo. Jam 12 lebih 15 menit, mobil yang akan mengantar kami ke Bromo tiba di homestay. Sebelum menuju basecamp, kami mampir ke tempat penyewaan jaket. Saya sewa jaket yang lebih tebal, karena jaket yang saya bawa sangat tipis. Nggak akan kuat menahan dinginnya Bromo.
Kurang lebih sekitar pukul 1 pagi, kami tiba di basecamp. Di sana tampak sangat ramai, meskipun bukan weekend. Yah, sepertinya weekend atau weekday nggak terlalu berlaku bagi Bromo.
Setelah menunggu, seorang tour guide menghampiri kami dan menjelaskan beberapa hal. Kami berbincang cukup banyak: menanyakan rekomendasi, dan kejadian-kejadian hangat yang baru-baru ini terjadi di wilayah Bromo.
Setelah berbincang cukup lama, ternyata tour guide kami itu orang Sunda! Kebetulan sekali, haha. Jadinya, kami berbicara lebih banyak pakai bahasa Sunda.
Dari sekian banyak rekomendasi yang diberikan oleh tour guide, kami memilih untuk menikmati Bromo di Bukit Cinta, karena lebih ramah anak.
Perjalanan dari basecamp menuju Bukit Cinta memakan waktu kurang lebih 1,5 jam. Melewati jalanan yang gelap, dingin, berkabut, dan berpasir, bareng dengan rombongan lain.
Jarak pandang mobil mungkin hanya sekitar 3 sampai 5 meter, tapi pak supir dengan lihainya mengemudikan mobil jeep tanpa ada kendala yang berarti.
Kami tiba di Bukit Cinta sekitar pukul 3 pagi. Kami istirahat di warung terdekat, menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi dan gorengan, sambil menunggu adzan subuh sekitar pukul 4.15 pagi.
Setelah shalat shubuh, kami berjalan mendaki bukit Cinta. Menapaki jalan berpasir dan cukup terjal, namun nggak terlalu lama karena setelah itu, jalanan di atas bukit relatif landai.
Sesampainya di sana, matahari sudah mulai terbit. Sinar matahari perlahan menyinari gelapnya malam, dan menghangatkan dinginnya udara Bromo.
Beberapa saat kemudian, kami pun terlarut dalam keindahan alam di Bromo.
Pemandangan sunrise di Bukit Cinta
Dari tempat kami berdiri, kami bisa melihat gunung Bromo dan Semeru. Gunung Semeru nampak cukup sering “batuk”, mungkin sekitar 30 menit sekali. Menurut tour guide kami, aktivitas Gunung Semeru memang belakangan sedang meningkat. Pendakian pun sudah mulai dilarang.
Di bawah bukit, di kaki gunung Bromo, nampak lautan awan yang nampak seperti kapas.
Pemandangan sunrise di Bukit Cinta
Cukup lama kami menikmati keindahan alam Bromo dari Bukit Cinta. Sekitar pukul 7 pagi, kami lanjut ke tujuan selanjutnya, yaitu savana Bromo.
Foto berdua dulu sebelum lanjut destinasi selanjutnya
Perjalanan menuju savana Bromo lumayan memakan waktu, karena macet. Sekitar pukul setengah 8 pagi, kami akhirnya tiba di savana. Sebelum lanjut, kami sarapan terlebih dahulu. Ternyata, di sana sudah ada warung yang menyediakan sarapan untuk kami para turis.
Beberapa tumbuhan sudah nampak layu dan menguning, tapi itu nggak mengurangi keindahan savana. Menurut tour guide, kalau kami ke Bromo pas awal Januari, tumbuhan-tumbuhan ini masih segar dan hijau. Pemandangannya jadi lebih indah.
Kami berfoto di beberapa spot dengan view yang bagus. Saya pribadi lebih banyak menikmati keindahan savana ketimbang berfoto. Entahlah, sepertinya “berfoto secukupnya” sudah jadi prinsip saya, hahaha.
Setelah puas berfoto, sekitar pukul 10 pagi, kami kembali ke basecamp, dan bersiap pulang ke homestay.
Bersambung…