Jun 11, 2025
Pelajaran yang saya dapat dari beriklan di Meta Ads
Beberapa waktu lalu, saya coba fitur boost story di Instagram Kanyaah. Harapannya tentu aja: bisa menarik lebih banyak calon customer supaya bikin undangan.
Karena ini masih tahap uji coba, jadi saya set budget iklannya paling kecil: 1 dolar aja, alias kurang lebih sekitar 16 ribu sehari. Saya set selama 3 hari.
Hasilnya, kurang lebih sebagai berikut:
- Jumlah tayangan: 15102
- Jangkauan: 6913
- Kunjungan situs web:: 74
- Biaya per kunjungan situs web: 662
- Kunjungan profil: 6
- Ketuk tautan eksternal: 1
- Mengikuti: 0
- Jenis Kelamin
- Laki-laki: 57,5%
- Perempuan: 42,5%
- Rentang usia:
- 18-24: 61%
- 25-34: 27%
- 35-44: 5%
- 45-54 : 3%
- 55-64: 2%
- 65+: 2%
- Lokasi:
- Jakarta: 42%
- Jawa Barat: 26%
- Jawa Timur: 20%
- Yogyakarta: 12%
- Jawa Tengah: 1%
Sejujurnya, saya sedikit nggak puas dengan hasilnya. Dari 15102 tayangan, hanya 74 orang yang mengunjungi situs web, dan nggak ada yang bikin undangan sama sekali.
Tapi, dari sini saya dapet beberapa pelajaran yang bisa diimplementasikan di iklan selanjutnya.
Apa aja?
1. Target audience kurang pas
Saya nggak menyangka bahwa yang lihat iklannya justru kebanyakan laki-laki. Padahal, biasanya perempuan biasanya yang lebih ngurusin undangan digital.
Saya baru sadar setelah minta pendapat ke ChatGPT berdasarkan data di atas. Kayak, “iya juga ya, biasanya calon mempelai laki-laki cenderung cuek perihal undangan digital. Asalkan ada dan bisa diakses, udah cukup.”.
2. Rentang usia efektif ada di kisaran 18 sampai 35 tahun
Asumsi awal saya, usia 35 sampai 45 sepertinya masih bisa bikin undangan digital. Makanya, di iklan, saya set sampai usia 45 tahun.
Tapi ternyata, justru kebanyakan yang akses itu di rentang usia 18 sampai 35 tahun.
3. Konten promosi terlalu bertele-tele
Konten promosi story IG
Setelah ditinjau ulang, rasanya konten story yang dipromosikan lebih cocok dijadikan konten landing page. Terlalu deskriptif dan bertele-tele.
Di Instagram story, saya hanya punya dua sampai tiga detik untuk menarik perhatian audiens. Sehingga, konten story sangat penting untuk fokus ke solusi yang ditawarkan, atau keunggulan Kanyaah dibandingkan dengan penyedia layanan undangan digital yang lain.
4. Bisnis undangan digital = jualan desain undangan
Ini nggak bisa dipungkiri sih. Yang dilihat pertama kali pasti desainnya menarik atau nggak. Kalau menarik, biasanya calon customer akan lihat-lihat lagi template yang lainnya, sampai benar-benar ngerasa ada yang sesuai dengan kriteria. Kalau dari awal desainnya kurang menarik, waduh, sulit deh.
Makanya sebelum gencar promosi, saya menambahkan dua template baru, biar semakin banyak pilihan. Dan saya memang udah agendakan untuk buat satu template setiap periode tertentu, meskipun saat belum terealisasi 100%. Kadang kalau udah mulai, stuck mikirin desain undangan. Atau, kedistraksi sama hal lain.
Rencana selanjutnya?
Tentu saja akan terus coba beriklan, dengan mengimplementasikan pelajaran yang saya peroleh di proses beriklan paling baru.
Sebenarnya beberapa hari kemarin saya udah coba bikin campaign baru, dengan target audiens yang lebih spesifik dan jangkauan yang lebih sempit.
Hasilnya?
Tunggu di tulisan berikutnya 😁