Apr 9, 2025
Menjadikan AI sebagai mentor dan partner diskusi
Belakangan ini, saya cukup sering berdiskusi dengan AI terkait hal-hal di mana saya masih minim pengetahuan akan hal tersebut, misalnya branding dan marketing.
Di #WeekendIniNgapainAja edisi terakhir, saya merilis Wang dan Bikin Aja Dulu. Perjalanan tentunya nggak cukup sampai di situ. Justru, rilis produk hanya langkah awal dari sesuatu yang lebih panjang.
Tugas saya selanjutnya adalah membangun kesadaran publik bahwa saya punya aplikasi financial tracker bernama Wang: apa saja fiturnya, apa kelebihannya, pastikan bahwa fitur utama aplikasi bisa menyelesaikan permasalahan pengguna, dan sebagainya.
Lebih jauh dari itu, saya juga ingin orang tau bahwa Wang adalah salah satu produk dari Bikin Aja Dulu. Yang berarti, akan ada lagi produk-produk lainnya di masa yang akan datang, entah itu berupa aplikasi lain, ebook, atau produk digital lainnya.
Karena saya minim pengetahuan soal branding, jadinya saya banyak diskusi dengan AI, dalam kasus ini ChatGPT, terkait strategi branding yang perlu dilakukan. Dimulai dari yang sederhana dulu, seperti memperbaiki copywriting di landing page. Kemudian, sedikit demi sedikit berdiskusi soal meningkatkan branding di media sosial.
Sebagai teman diskusi, saran-saran dari ChatGPT nggak langsung saya copy/paste mentah-mentah. Keputusan tetap berada di tangan saya, mana saran yang mau diambil, dan mana yang sekiranya tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Tapi, secara keseluruhan, ChatGPT sangat membantu saya menemukan perspektif baru dalam strategi branding. Contohnya, dengan mempertimbangkan keinginan saya untuk melakukan branding Wang dan Bikin Aja Dulu, ChatGPT menyarankan saya untuk menggunakan pendekatan hybrid: menyertakan Bikin Aja Dulu ketika melakukan branding untuk Wang. Pendekatan ini nggak terpikirkan sama sekali oleh saya, dan setelah dipikir lagi, saya berpikir “bener juga”.
Tidak hanya strategi branding, tapi ChatGPT pun cukup banyak membantu melakukan manajemen konten di media sosial. Saya hanya perlu edit sedikit untuk caption di media sosial supaya tulisannya lebih pas.
Yang bagusnya lagi, saya bisa melakukan ini semua di free tier. Mungkin kalau sudah semakin intens dan saya merasa worth it untuk langganan, saya akan coba langganan.
Saya merasa bahwa era AI adalah era yang paling mendukung untuk memulai perjalanan sebagai solopreneur, baik full-time maupun freelance. Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan, entah itu membuat produk yang memanfaatkan AI untuk menyelesaikan masalah, atau sekedar menjadi partner sharing seperti yang saya lakukan belakangan ini.