Belakangan ini saya senang membaca artikel-artikel atau tweet-tweet yang berkaitan dengan dunia IT, khususnya Ruby on Rails. Banyak sekali informasi baru yang saya peroleh, dari tips-tips saat development hingga opini tokoh-tokoh di dunia IT. Yaaa sekalian menambah kosa kata bahasa Inggris saya yang masih sebatas basic conversation ini.

Para tokoh ini biasanya menulis di platform terpisah dari X (Twitter) jika tulisannya memang cukup panjang dan komprehensif. Jadi, ketika saya ingin baca tulisan mereka, saya harus buka aplikasi X terlebih dahulu, kemudian kunjungi profil tokoh yang saya ingin baca tulisannya, cari artikel yang ingin saya baca, kemudian klik.

Sebuah journey baca artikel yang terlalu panjang.

David Heinemeier Hansson, atau dikenal juga sebagai DHH, sang kreator Ruby on Rails, adalah salah satu tokoh yang belakangan ini saya sering baca tulisan-tulisannya. Saya tertarik dengan prinsipnya dalam membangun sebuah produk software, yang lebih mengutamakan profitabilitas (kita tau beberapa perusahaan start-up benar-benar tergantung ke investor, tanpa punya model bisnis yang kuat). Langkah-langkah yang dia lakukan bisa dibilang melawan arus, tapi penjelasannya masuk akal juga.

Ketika iseng lihat-lihat tulisannya DHH di HEY World, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Itu adalah RSS Feed. RSS (Really Simple Syndication) ini teknologi lama untuk mendapatkan konten terbaru sebuah website. Biasanya konten website berupa tulisan.

Buat yang masih awam, saya coba jelaskan teknisnya sedikit. Setiap website yang mendukung RSS biasanya punya sebuah link file XML yang berisi data dan metadata konten di suatu website. File XML ini akan selalu di-update jika ada konten terbaru. Proses update file XML ini biasanya otomatis, tapi tidak menutup kemungkinan di-update secara manual.

Cara pakainya mudah. Kita tidak perlu tau sintaks XML sama sekali. Cukup install aplikasi pembaca RSS feed di ponsel masing-masing, dan copy-paste link file XML yang disediakan oleh penulis di aplikasi pembaca RSS feed. Di android bisa pakai aplikasi Feeder.co. Aplikasi ini yang paling bagus menurut saya sejauh ini, karena font-nya nyaman dipakai untuk membaca.

Kenapa nggak pakai email aja? Biasanya kan bisa subscribe via email?

Ya bisa-bisa aja. Tapi saya pribadi merasa kalau baca di email terlalu banyak distraksi. Banyak email lain yang masuk selain email dari penulis yang saya subscribe. Bisa diakali pakai email baru khusus untuk subscribe artikel sih, tapi untuk saat ini saya rasa masih belum perlu. RSS feed masih cukup.

RSS feed ini bisa jadi solusi buat kita, khususnya saya sendiri, yang masih belum merasa terlalu penting untuk subscribe di situs portal artikel semacam Medium dan lebih memilih untuk memaksimalkan potensi gratisan. Kalau tertarik, kalian mungkin bisa coba dengan subscribe tulisan saya via link RSS feed di bawah ๐Ÿ‘‡

Semoga membantu!

Bagikan:
Twitter